KERAPUHAN GADIS TEGAR
***
...”Aku
adalah aku”, Itulah trademark seorang gadis bernama stevi.Seandainya Stevi
seperti Chairil Anwar yang karyanya dibaca orang banyak, tentu dia sedikit
bangga dan bahagia,paling tidak pembaca mengetahui maksud yang tersirat lewat
lirik puisinya dan memahami suasana hati Stevi.
Entahlah,
kenapa dia membicarakan seorang chairil Anwar.
...”Oh,
Maafkan aku Sang Chairil Anwar, namamu kupakai dalam lamunanku”.
Akhirnya
Stevi tersentak juga dari lamunannya.
”Yang
terpenting aku akan lakukan semampuku meski tidak banyak yang bisa aku
lakukan”,
Stevi berkata optimis.
Stevi berkata optimis.
Malam
semakin larut, Tiga puluh detik lagi akan terjadi pergantian tanggal dan
hari.Sepanjang malam itu, Dia terus merenungi perjalanan hiudupnya sekarang dan
kelak.Jendela kamarnya dibiarkan terbuka sehingga dia meraskan semilir angin
malam.Terpaan angin malam mengunci erat pintu hatinya.Gadis bernama Stevi itu
beranjak dari duduknya dan mendekati jendela.Di luar sana kegelapan diterangi
dengan satu cahaya.Stevi sedang menunggu Sahabat Hati dan menceritakan perihal
Satu Cahaya.
“Nak, kamu belum tidur?”,ibu gadis itu mengetuk pintu kamarnya.
”Ya bu, aku segera tidur”.
”Jangan lupa jendela kamarmu!”,Spertinya beliau mengetahui anak gadisnya sedang berdiri dekat jendela.
“Cukup
deh, Lagipula Sahabat Hati tidak pernah datang."
Stevi mengunci jendela dan segera memejamkan matanya.
Stevi mengunci jendela dan segera memejamkan matanya.
***
“Minggu
pagi yang cerah ya bu”,
Stevi membantu ibunya membuat kue.Rutinitas tersebut memang sudah dilakoni ibunya dalam beberapa tahun terakhir.Stevi memandangi wajah penderitaan pada muka ibunya.Ingin rasanya dia menghapus dan menyunggingkan senyum bahagia, Namun dia mensyukuri itu semua karena kedamaian,kehangatan,kasih sayang telah membutanya tersenyum bahagia.
Stevi membantu ibunya membuat kue.Rutinitas tersebut memang sudah dilakoni ibunya dalam beberapa tahun terakhir.Stevi memandangi wajah penderitaan pada muka ibunya.Ingin rasanya dia menghapus dan menyunggingkan senyum bahagia, Namun dia mensyukuri itu semua karena kedamaian,kehangatan,kasih sayang telah membutanya tersenyum bahagia.
***
Siang
ini adalah hari terakhir Stevi dirumah.Besok adalah hari pertamanya
bekerja.Tadinya, Saat-saat itu dimanfaatkannya di bangku kuliah, Tapi Allah Swt
belum menghkehendakinya.Hidup memang pilihan,Stevi lebih memilih untuk bekerja
dan membantu pendidikan adik-adiknya walaupun dengan sangat menyayangkan
kepintarannya yang ada.Allah Swt Maha Adil yang akan menunjukkan segala sesuatu
pada waktunya.Stevi juga senang bekerja sehingga bisa membantu biaya sekolah
adik-adiknya.Dia juga sudah mengambil kursus untuk modal dalam mendapatkan
pekerjaan lebih baik.
***
“Bang,
Di sini bang”,
Stevi menyetop ojek yang dia tumpangi seraya memberikan selembar uang ribuan kepada tukang ojek.
Stevi menyetop ojek yang dia tumpangi seraya memberikan selembar uang ribuan kepada tukang ojek.
Stevi
mendapati rumahnya saat adzan maghrib berkumandang.Dia pun langsung menyekakan
air wudhu ke mukanya yang lelah dan melakukan perintah Sang khalik.Dalam
do’anya, Gadis itu memanjatkan ASA pada yang Maha pengabul ASA.
...”Ya
Allah, Hanya KepadaMu hamba memohon, Berikanlah hambaMu ini kesabaran dalam
segala ujiMu, Berikanlah hambaMu ini Semangat dalam setiap keputusasaan,
Berikanlah hamba beserta keluarga hamba jiwa yang sehat,Amiin”
“Gimana
nak dengan hari pertama kerjamu?”,
ibu Stevi bertanya seraya menyiapkan makan malam.
ibu Stevi bertanya seraya menyiapkan makan malam.
”ya
aku akan jalani dulu bu”.
“kamu
harus hati-hati,ramah terhadap siapa saja”,
Ibunya memberikan sedikit nasehat kepada gadis manis itu.
Ibunya memberikan sedikit nasehat kepada gadis manis itu.
***
“Duh
ngantuk banget”, Biasanya jam segini aku belum ngantuk”,
Gadis manis itu membaringkan tubuhnya yang lumayan letih di atas kasur yang tidak begitu empuk dan berusaha memejamkannya matanya namun sedikitpun Stevi tidak bisa tidur, Padahal dia merasa sangat mengantuk.Sekilas wajah itu menyingkap kelopak matanya yang berat.
Gadis manis itu membaringkan tubuhnya yang lumayan letih di atas kasur yang tidak begitu empuk dan berusaha memejamkannya matanya namun sedikitpun Stevi tidak bisa tidur, Padahal dia merasa sangat mengantuk.Sekilas wajah itu menyingkap kelopak matanya yang berat.
“...Tidak!!!...”
“...Aku
harus melupakanmu, Aku tidak hanya memikirkanmu, Masih banyak yang perlu aku
fikirkan, dan masih banyak yang menyayangiku selain kamu!!!”.
Stevi
benar-benar tidak bisa tidur.Paras, Kelembutan, dan senyum Aldi seketika
mengusik tidurnya serta membawanya ke masa lalu.
“Al,
Kenapa kamu nggak temui aku
kemaren?”,
Stevi bertanya kepada Aldi perihal janji untuk ketemu dan membicarakan sesuatu
Stevi bertanya kepada Aldi perihal janji untuk ketemu dan membicarakan sesuatu
“Sorry
Vi, Aku lihat kamu lagi sama temanmu,
Jawab Aldi dengan santai tanpa ada rasa salah sedikitpun.
Jawab Aldi dengan santai tanpa ada rasa salah sedikitpun.
Jawaban
Aldi beberapa tahun lalu itu masih tersangkutnya di hatinya.Setelah dua tahun
sekelas, Stevi memberanikan diri untuk melafaskan suara hatinya yang selama itu
tersimpan kokoh di sudut-sudut hatinya.Kejujuran akan lebih baik daripada
kebisuan yang membunuhnya selama dua tahun.Sungguh merasa ada ganjalan jika
menyayangi seseorang tapi orang yang disayang tidak pernah tahu.
Awalnya
Stevi Cuma simpati terhadap cowok yang bernama Aldi itu, Namun rasa itu telah
tersihir menjadi rasa sayang tulus, Aldi Adalah cinta pertamanya sejak dia
mengenal yang namanya cinta.Kekuatan cintanya kepada Aldi memang besar sehingga
Stevi tidak memberikan kesempatm untuk membuka hatinya kepada cowok lain meski
Aldi hanya cinta terpendamnya.Gadis manis yang periang itu masih mengharapka
balasan cintanya dan mencari waktu yang tepat untuk jujur, Tapi waktu yang baik
tidak selalu berpihak padanya
“...Oh
Al..., Kenapa harus kamu yang aku cintai?”.
Suara hati itu kembali menyahut dengan tetes airmatanya.
Suara hati itu kembali menyahut dengan tetes airmatanya.
Malam
itu, Stevi tidak bisa menepis bayang cowok itu, dan tertidur lewat tengah
malam.
***
Pagi
itu, Stevi siap-siap berangkat kerja walau dengan lentera yang masih enggan
untuk dibuka.Gadis manis itu berjalan kaki dari rumahnya menuju halte dengan
langkah gontai.Setelah sampai di halte, dia menyetop Bus jurusan Pasar tempat
dia bekerja.
Siang
itu, Udara sangat panas.Stevi menyalakan kipas angin dan duduk dekat
jendela.Kebiasaan gadis manis itu mulai dilakukan menulisi kertas putih dengan
suara hati yang sepi.Tengah asyik menulisi agendanya, Stevi dikejutkan oleh
seseorang yang lewat depan tokonya.Ingin rasanya dia melihat.
“Siapakah
orang itu?”
Tapi
keiningnannya surut ketika seseorang
bertanya harga sebuah buku.Baru saja Stevi telah melihat sosok yang
tinggi, Manis, Rapi sama halnya ketika pertama kali bertemu Aldi.
Tidak
terasa lamanya, Stevi sudah melewati hari-harinya di sebuah toko buku milik
teman Omnya.Kebosanan dan kejenuhan hari mulai mengganggu pikiranny apalagi
suasanan hati yang sepi.Dia lebih banyak bermenung.Satu persatu masalah
hidupnya terlintas.Dia berfikir dengan bekerja, dan keluar dar rumah setiap
hari bisa melupakan sasaat kepedihan hidupnya.Kenangannya bersama Aldi masih
saja membayanginya.Dia juga teringat akan pertengkaran kecil antara ayah dan
ibunya.Stevi bukanlah tipe gadis yang manja dan cengeng, Dia selalu berusaha
meakni itu semua.Harapan mengangkat harkat dan martabat keluarga mendorongnya
untuk jadi gadis tegar.
Seperti
biasa, Stevi pulang melewati jalan yang biasa dilaluinya.Tak hentinya gadis itu
menegur dan ditegur setiap lewat di depan toko-toko tetangga karena
keberadaannya tidak asing lagi di sana.
Tiba-tiba
langkah kakinya tertegun, Kedua alisnya melengkung.Dari kejauhan tampak
seseorang yang sangat dikenalinya bahkan dirindukannya.
“Oh...Tuhan,
Diakah itu?”
Jantung
gadis tegar itu berdetak kencang.Dia terus berjalan memastikan apa yang
dilihatnya.
“Stevi?”,
Tiba-tiba seseorang yang barusan dilihatnya sedang menyapa dan memegang bahunya.
Tiba-tiba seseorang yang barusan dilihatnya sedang menyapa dan memegang bahunya.
“hai...napa
bengong?”,Sapa Cowo itu
“ya...”,
Stevi menjawab sapaan Aldi dengan wajah masih tegang seakan tidak percaya bahwa
makhluk yang dirindukannya selama ini sedang berada dekat di depannya.
“Aldi???”
“Yup,
i am Aldi”,Aldi bercanda
“Dari
mana?”,Gadis itu mengawali percakapan
“Dari
toko buku”, Aldi menjawab sambil tersenyum manis.
“Oh...Aldi,,,Senyummu”,Stevi
berkata dalam hati
“Hey...kok
masih bengong?”, Aldi menyadarkan gadis itu dari lamunannya
“kamu
darimana Stevi?”,Aldi bertanya kepada gadis itu.
“Aku
pulang dari kerja Al”,
“Kamu
nggak kuliah?”
“nggak”
“kamu
makin jelek aja Al”,Stevi mulai bercanda
“Enak
ajaa...,Mpek-mpek khas palembang,Jelek-jelek banyak yang sayang”.
Aldi mulai membalas candaan Stevi seperti di kelas dulu.
Aldi mulai membalas candaan Stevi seperti di kelas dulu.
Yah
memang benar sih pantun cowok berkharismatik itu, Salah satu dari banyak yang
sayang adalah Stevi.
Ingin
rasanya Stevi bercerita perihal perasaannya sewaktu di sekolah dulu, Akan
tetapi semua tidak mungkin apalagi setelah melihat sorot mata Aldi yanng memang
tidak menunjukkan sedikitpun pandangan cinta.
Gadis
itu mulai Optimis tentang asmaranya.Dia mulai membuka terali besi yang telah
mengunci erat pintu hatinya, Cukup sudah untuk menyia-nyiakan waktu dengan
memikirkan Aldi.Dia tidak lagi merusak hidupnya hanya karena seorang Aldi.Tiga
orang adiknya masih membutuhkan dukungannya.Dia tidak boleh rapuh.
***
“kak,
Rumus luas bangunan ini apa kak?”,
Adiknya yang kelas empat SD menyanyakan tugas sekolahnya
Adiknya yang kelas empat SD menyanyakan tugas sekolahnya
“Sini,
Bawa pensil dan kertas buram!”,Gadis itu membantu adiknya menyelesaikan soal
mate-matika dari guru sekolah.
Siang
dilakoni untuk bekerja, Dan malam tiba untuk adik-adiknya.Gadis itu berfikir
jika dia tidak bisa kuliah, Tapi adik-adiknya atas usaha dan do’anya untuk bisa
sekolah tinggi.Cukp hanya dia dan kakaknya saja yang merasakan pahit
hidup.Kakak Stevi sudah satu tahun terakhir bekerja di luar kota, dan gajinyapun
pas-pasan.
***
Bulan Ke Enam...
Setengah tahun lamanya, Membuat Stevi
mulai jenuh di suasana toko itu.Kesunyian mulai terasa.Sahabat-sahabatnya sibuk
kuliah, Sementara dia harus kerja di tempat yang semakin membuatnya
terpuruk.Sampai kapan dia mampu bertahan sedangkan pekerjaan lain belum juga
ada
“Haruskah
aku ditempat seperti ini?”,
Hatinya menjerit pilu.
Siang itu, Stevi tengah asyik membaca
komik di toko, tiba-tiba sosok makhluk yang dilihatnya beberapa waktu lalu itu
muncu lagi.Kali ini, Stevi melihat secara keseluruhan tubuh cowok itu dan cowok
itupun tersenyum
“maaf,
buku sastra sebelah mana ya?”,
Terdengar suara lembut cowok manis itu
“di
sebelah sana, gang ke tiga”,
Stevi menjawab ramah sambil tersenyum
Cowok manis itu sesekali melihat Stevi
saat memilih buku yang dicarinya.Dan pada saat membayar, Cowok itu memulai
percakapan perkenalan
“hmmm,
boleh kenalan?”
cowok
manis itu membuat Stevi kaget dan gugup saat dia megulurkan tangannya.
“hmm,
ya boleh”,
Stevi serasa gugup entah karena pesona cowok itu entah kenapa dia tidak bisa
menerjemahkan perasaannya waktu itu.Sepasang insan it saling menyebutkan nama
masing-masing sambil salaman.Nama cowok itu Zaki.
“hmm,
Udah lama juga ya kamu kerja di sini dan pulangnya selalu sendiri.Apa nggak ada
yang jemput?”,
zaki
menjebak Stevi dengan pertanyaannya.
“Ada
kok”.
“masa?,Tapi aku lihat nggak pernah”,
“hehe,
pak supir angkot”,Hmmm, Memanganya kamu tau tentang aku itu apa aja kok kamu ngerasa tau tentang aku
sih?”,
Stevi merasa bahwa cowok di depannya itu tau banyak tentang dirinya.
Hari itu, Stevi pulang bareng dengan Zaki.Zaki
sudah lama memperhatikan Stevi dari toko sebelah punya bapak temannya, namun
dia tidak tahu bagaimana cara berkenalan yang lebih tepat.Dalam perjalanan
pulang mereka terlibat obrolan santai.
“Jadi...kamu
gagal SPMB Ya Vi?,
“Yup”,
“Kamu
udah semester berapa ki?,
“Alhamdulillah
udah jalan semester enam”
“hmm
senang ya Ki jadi mahasiswa,Coba kalo aku lulus,
Stevi
memandang ke arah cowok itu dengan wajah agak sedih.
“Vi,
kamu jangan gitu, ...keinginan serta harapan untuk sukses bukan hanya di bangku
kuliah, Tapi pengalaman hidup yang kita jalani denga ikhlaspun bisa dijadikan
motivasi meraih semua yang kita mau, Asalkan kita mau berusaha dan berdo’a...”,
Zaki meyakinkan
Stevi dan mendorong Stevi untuk tetap semangat.Sepenggal kalimat cowok yang
baru dikenalnya itu sungguh bijaksana.
Dua Minggu, Zaki Menemani kesendirian
Stevi.Mereka semakin akrab,dan di Suatu sore mereka janjian pulang bareng dan
waktu yang ditunggu-tunggu Zaki atas rasa yang sudah ada sejak dia melihat
Gadis tegar yang manis itu.
“Ki,
Maaf yah kalo aku nggak bisa”
“Kenapa
Vi”,zaki
sedikit kecewa walau dia terus mau tau alasan Stevi untuk menolak Atas rasa
yang dia punya.
“Rasanya,
aku belum bisa jawab sekarang,karena kita baru kenal Ki, Kamu belum tau semua
tentang aku,keluargaku dan masalah aku.
“Vi,
Kamu nggak yakin sama aku?”,
“Bukan
gitu Ki”,saatnya nggak tepat aja".
Stevi kebingungan menjelaskan karena
sebenarnya dia juga merasakan hidupnya menjadi hidup setelah kenal dengan Zaki.
Zaki sangat kecewa mendengar pernyataan
Stevi.Dia ternyata tidak bisa meyakinkan Seorang gadis manis seperti
Stevi.Gadis Tegar itu hanya tidak mau memilih orang yang salah dan dia mau
meyakini suara hatinya terlebih dahulu,Dia tidak mau mencintai orang yang salah
setelah dia menyayangi Aldi.Dikasihani adalah hal yang tidak disukai
Stevi.perasaan itu terkadang muncul karena dia sadar bahwa Zaki anak orang
berada.
Obrolan Sore itu membuat zaki jarang
berkunjung ke toko gadis itu.Gadis manis yang sudah merasakan hidupnya hidup menjadi
kehilangan sesosok makhluk mengangumkan seperti Zaki.Kerinduanpun mulai terasa
apalagi sudah beberapa bulan mereka hampir tidak pernah bertemu.Ingin rasanya
dia bertemu Zaki dan menerima cintanya.Zaki tidak pernah merendahkan dirinya,
bahkan Zaki selalu memberikan semangat ketika Stevi mulai jenuh bekerja di toko
buku.Stevi tidak mau terlambat dan menyesal, Dia segera meghubungi ponsel Zaki
“Halo...”,Terdengar Suara
Zaki sangat Kecil”
“Ki,
kamu apakabar?”,
“baik
Vi,
“Ki,
Kamu dimana sekarang?, Nanti sore bisa kesini?”
“Aku
di surabaya Vi”
“Sejak
kapan Ki?”,Gadis
itu mulai merasakan bahwa Zaki benar-benar jauh.
“Sejak
Seorang cewek menolak ketulusan atas rasa yang aku punya Vi.
“Ki,
Sekarang Cewek itu sudah tau akan ketulusan itu”,
“Terlambat
Vi, Seminggu lagi aku harus berangkat ke Australia meneruskan pendidikanku di
sana”.Terdengar
suara Zaki tegas namun tetap lembut
“Tidakkah
bisa dirubah keputusan itu ki?”,
“Bisa
aja sih Vi, jika Kamu telpon aku seminggu yang lalu sebelum aku memutuskan
semua ini dengan berat Vi.
Jawaban Zaki menghantam jantung sehingga mendorong
dzat kelemahan Stevi terurai dibawah kelopak matanya.
Berapa
lama kamu di sana Ki?”
Suara Gadis tegar itu sudah mulai tidak beraturan
menahan tangisnya dan Zaki hanya bisa mendengar desahan tangisnya.
***
Kini, Gadis tegar telah menjadi gadis
rapuh.Dia masih bisa tegar saat pendidikannya terhenti sampai SMA, dia tetap
semangat saat cinta pertamanya yang hanyut bersama bisu, dan dia masih bisa
tersenyum saat melihat pertengkaran kecil di rumahnya, namun kehilangan Zaki
benar-benar membuatnya menjadi wanita lemah.Dia tidak pernah menangis sehebat
dan sederas itu..Cinta seorang zaki telah melumpuhkan kedua kakinya,Mampukah
Dia meraih Sukses seperti sepenggal kata bijak Zaki(“Vi, kamu jangan gitu,
"...keinginan serta harapan untuk sukses bukan
hanya di bangku kuliah, Tapi pengalaman hidup yang kita jalani denga ikhlaspun
bisa dijadikan motivasi meraih semua yang kita mau, Asalkan kita mau berusaha
dan berdo’a...”????
Continue......
2 komentar:
pendidikan yg masih dirasa mahal, masih jd persoalan yg bisa ditulis ya :D
Kurnia septa: yeah begitulah :)
Posting Komentar